just ordinary people's blogs
You can take any content from here, quite simply by including the source...
Tampilkan postingan dengan label guru. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label guru. Tampilkan semua postingan
Minggu, 16 Oktober 2011
BUNGA RAMPAI
Satu-satunya penumpang yang selamat dari sebuah kapal yang karam,
terdampar di sebuat pulau kosong. Ia berdoa agar Tuhan berkenan
menyelamatkannya. Setiap hari ia memandangi laut kosong dan berteriak
minta tolong. Tapi tak sebuah kapal pun tampak mendekat. Lelah ia
berteriak teriak. Ia lalu mendirikan gubuk kecil sebagai tempat
berlindung dari terik panas, hujan dan binatang buas.
Tidak jelas siapa Hasan di dalam cerita ini, jika dia adalah Hasan dari
Basrah, maka dia adalah Hasan al-Bashri, seorang guru sufi besar yang
sangat dikenal para sufi. Terlepas dari siapa tokoh dalam cerita ini,
mari kita berusaha untuk mendalami esensi dan mencoba mencari hikmah apa
yang tersembunyi di dalam cerita ini. Tatkala seorang guru sufi besar
Hasan, mendekati akhir masa hidupnya, seseorang bertanya kepadanya,
“Hasan, siapakah gurumu?”
Tersebut seorang lelaki datang ke tempat tukang cukur untuk memotong
rambut dan merapikan brewoknya. Lalu sembari si tukang cukur mulai
memotong rambutnya, terlibatlah mereka dalam pembicaraan yang mulai
menghangat. Sampai kemudian topik beralih pada masalah ketuhanan…..
BUNGA RAMPAI
TELUR EMAS...
Alkisah seorang peternak angsa yang sangat rajin memelihara peternakannya. Hanya saja karena pengelolaan peternakannya yang sederhana dan tidak pernah diupayakan untuk ditingkatkan, maka hasil telur dari angsa-angsa ini selalu begitu-begitu saja tidak pernah memberikan peningkatan penghasilan bagi sang peternak.Suatu hari, seperti biasa sang peternak bangun dari tidurnya dan bergegas menuju kandang-kandang angsanya untuk segera mengumpulkan telur-telur yang dihasilkan si angsa hari itu. Dan betapa terkejutnya pagi itu sang peternak ketika mendapati sebuah telur berwarna kuning keemasan dari seekor angsa paling tua yang berada di kandang paling ujung.
"Siapa yang pagi-pagi telah berusaha mempedayai saya.", gumamnya dalam hati sambil memungut telur keemasan tadi. "Mungkinkah ini sebuah telur dari emas", pikirnya kemudian.
Lama dia berpikir me-logika terhadap apa yang terjadi dengannya pagi itu, sambil terus memandangi telur keemasan digenggamannya. Merasakan beratnya, mengetuk-ngetukkannya pada batu, menggores-goreskannya, sampai pada suatu keyakinan dalam hatinya dia harus bergegas memastikan benda apa itu.
Bergegas dia menuju ke tempat ahli logam tak jauh dari rumahnya, yang kemudian dia meminta sang ahli logam untuk menganalisa benda apakah yang dia temukan pagi itu. Sang ahli logam mengambil lup-nya, kemudian mencermati telur berwarna keemasan yang diterimanya.
Beberapa saat kemudian dia memandangi si peternak, sambil menyerahkan telur tersebut dan berkata, "Ini adalah emas murni 24 karat berbentuk bulat telur dengan berat hampir satu kilogram..!". Setengah tak percaya si peternak kemudian meminta sang ahli logam untuk menukar telur emas tersebut dengan uang sesuai dengan taksiran harganya.
Segepok uang yang diterimanya kemudian segera dibelanjakan segala barang yang dia impikan selama ini untuk dimiliki dari pakaian-pakaian yang bagus dan mahal, perabot-perabot mahal, dan sebagainya.
Esok harinya, karena masih banyak sisa uang untuk hidupnya hari itu, dengan langkah malas dia menuju ke kandang angsanya untuk memunguti telur-telur hasil pada hari itu. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa kejadian telur emas kemarin hari akan berulang lagi pada hari itu. Dan benar dia kembali menemukan telur emas pada angsa yang sama. Bergegas dia berlari menuju kota untuk kembali menjual telur tersebut.
Esok paginya setelah bangun pagi, dengan berharap-harap cemas dia kembali menuju angsa tua petelur emas. Dan benar! Kembali sang angsa mempersembahkan satu telur emas kepada sang peternak.
Hal yang sama terjadi esok paginya, esok paginya, dan seterusnya, sehingga membuat si peternak menjadi rajin bangun pagi-pagi sekali untuk sekedar segera mendapat telur emas dari angsa tua itu.
Dalam waktu singkat, kehidupan si peternak pun berubah. Si angsa tua juga sudah diberi tempat khusus di sebelah kamar tidur si peternak agar telur emas hasil si angsa tua tiap pagi tidak dicuri orang dan dengan mudah dapat segera diambil oleh sang peternak untuk dijual. Rumahnya kini telah berubah menjadi begitu mewah. Lama kelamaan timbulah sifat tamak dari si peternak.
"Mengapa saya harus menunggu satu butir telur emas setiap harinya dari si angsa tua", pikirnya.., ..betapa bodohnya saya.". "Isi perut angsa tua itu pastilah penuh dengan emas,.kenapa tidak sekarang saja saya ambil semuanya, sehingga saya tidak perlu susah-susah menunggu tiap pagi, serta dalam sekali waktu saya sudah bisa dapatkan semua.", begitulah pikir sang peternak.
Diambilnya parang besar miliknya, dan dalam sekejap dibelahlah dada si angsa tua. Tapi apa yang terjadi? Tak ada secuil pun telur emas di dalam perut si angsa tua. Dan yang lebih buruk, si angsa tua saat itu juga mati digenggaman sang peternak. Telur emas tiap pagi pun tinggal kenangan.
Cerita ini terkenal dengan sebutan Aesop's fable dengan judul `The goose and the golden eggs'. Kisah fabel di atas sepertinya bisa terlihat sebagai kisah yang terlalu ekstrim. Tapi bila kita mau berkaca pada kehidupan di sekitar kita, kita mungkin akan sadar bahwa perumpamaan sang peternak membelah dada angsa untuk segera memperoleh semua telur emas sekaligus dalam sekejap ternyata banyak terjadi di sekitar kita.
Kita lihat di sekitar kita bagaimana sesorang yang ingin mengejar karir sampai ke puncak dengan segera, justru mengabaikan kesehatan dirinya sendiri, pola makannya, jam istirahatnya. Tak ubahnya seekor angsa yang membelah dadanya sendiri.
Masih banyak diantara kita, dalam menjalankan profesinya, atau dalam melakukan usahanya, ingin mendapatkan keuntungan yang berlipat dalam sekejap. Sehingga sampai lupa waktu mengabaikan saat-saat istri dan anak-anaknya membutuhkan sebuah kebersamaan dengannya. Tanpa dia sadari, dalam mencoba dia mendapatkan telur emas, justru dia berusaha `membunuh' si angsa.
Bisa jadi kita sebagai manusia yang memiliki keahlian, ketrampilan, pengetahuan, semangat, keberanian adalah manusia-manusia yang akan selalu menghasilkan telur emas-telur emas setiap harinya. Dan hari demi hari kita selalu bangga akan telur emas yang kita hasilkan. Tapi yakinkah kita akan selalu ada telur emas ketika kita justru mulai tidak begitu menghiraukan angsa-angsa kita. Ketika kita lupa untuk memperhatikan kesehatan fisik diri kita, ketika kita mulai mengabaikan kesehatan rohani kita, ketika kita melalaikan sumber daya manusia di keluarga kita...
*****************************************************************
SEGENGGAM GARAM....
Dahulu kala, hiduplah seorang lelaki tua yang terkenal saleh dan bijak. Di suatu pagi yang basah, dengan langkah lunglai dan rambut masai, datanglah seorang lelaki muda, yang tengah dirundung masalah. Lelaki itu tampak seperti orang yang tak mengenal bahagia. Tanpa membuang waktu, dia ungkapkan semua resahnya: impiannya gagal,karier, cinta dan hidupnya tak pernah berakhir bahagia.Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan teliti dan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Dia taburkan garam itu ke dalam gelas, lalu dia aduk dengan sendok, tenang, bibirnya selalu tampilkan senyum.
"Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya?" pinta Pak tua itu.
"Asin dan pahit, pahit sekali", jawab sang tamu, sambil meludah ke tanah.
Pak Tua itu hanya tersenyum. Ia lalu mengajak tamunya ini berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan beriringan, tapi dalam kediaman. Dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu. Pak Tua itu, masih dengan mata yang memandang lelaki muda itu dengan cinta, lalu menaburkan segenggam garam tadi ke dalam telaga. Dengan sepotong kayu, diaduknya air telaga, yang membuat gelombang dan riak kecil. Setelah air telaga tenang, dia pun berkata,
"Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah".Saat tamu itu selesai meneguk air telaga, Pak Tua berkata lagi, "Bagaimana rasanya?"
"Segar," sahut tamunya.
"Apakah kamu masih merasakan garam di dalam air itu?" tanya Pak Tua lagi.
"Tidak," jawab si anak muda.Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda.
Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan,bersimpuh di tepi telaga.
"Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan seumpama segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama. Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah atau tempat yang kita miliki. Kepahitan itu anakku, selalu berasal dari bagaimana cara kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang boleh kamu lakukan: lapangkanlah dadamu untuk menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu. Luaskan wadah pergaulanmu supaya kamu mempunyai pandangan hidup yang luas. Kamu akan banyak belajar dari keleluasan itu." Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasihat.
"HATIMU...ADALAH WADAH ITU. PERASAANMU ADALAH TEMPAT ITU. KALBUMU, ADALAH TEMPAT KAMU MENAMPUNG SEGALANYA. JADI, JANGAN JADIKAN HATIMU ITU SEPERTI GELAS, BUATLAH LAKSANA TELAGA YANG MAMPU MEREDAM SETIAP KEPAHITAN ITU DAN MENGUBAHNYA MENJADI KESEGARAN DAN KEBAHAGIAAN."
Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar di hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan "segenggam garam", untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa...
****************************************************************
JALAN MENUJU SUKSES...
Seorang eksekutif muda bertemu dengan seorang guru di sebuah jalan raya. Ia bertanya, "Guru, yang manakah jalan menuju sukses?"Sang guru terdiam sejenak. Tanpa mengucapkan sepatah kata, sang guru menunjuk ke arah sebuah jalan.Eksekutif muda itu segera berlari menyusuri jalan yang ditunjukkan sang guru. Ia tak mau membuang-buang waktu lagi untuk meraih kesuksesan. Setelah beberapa saat melangkah tiba-tiba ia berseru,"Hahh...ini jalan buntu!" Benar, di hadapannya berdiri sebuah tembok besar yang menutupi jalan. Ia terpaku kebingungan, "Barangkali aku salah mengerti maksud sang guru."
Eksekutif muda itu berbalik menemui sang guru untuk menanyakan sekali lagi,"Guru, yang manakah jalan menuju sukses?"Sang guru menunjuk ke arah yang sama. Eksekutif muda itu berjalan ke arah itu lagi. Namun yang ditemuinya tetap saja sebuah tembok yang menutupi jalan. Ia merasa dipermainkan.
Dengan penuh amarah ia menemui sang guru, "Guru, aku sudah menuruti petunjukmu. Tetapi yang aku temui adalah sebuah jalan buntu. Aku tanyakan sekali lagi padamu, yang manakah jalan menuju sukses? Kau jangan hanya menunjukkan jari saja, tetapi bicaralah!"Akhirnya sang guru berbicara, "Di situlah jalan menuju sukses. Hanya beberapa langkah saja di balik tembok itu."
Keyword : KEBERHASILAN SERINGKALI TAK TAMPAK KARENA IA BERSEMBUNYI DI BALIK KESULITAN. Cuma orang-orang yang mampu mendaki "tembok" itulah yang akan menemui keberhasilan....
*****************************************************************
Label:
aesop's fabel,
anak muda,
angsa emas,
cinta,
eksekutif,
garam,
guru,
gusblero,
hikmah,
jalan sukses,
pak tua,
profesional,
sendok,
telur emas,
The goose and the golden eggs
Selasa, 11 Oktober 2011
LUBDAKA
Lumajang, 1260 Masehi (1338 tahun Caka). Lubdaka yang namanya menjulang antara Kalilusi dan gunung Penanggungan itu hidup menyepi di sebuah perdikan dengan puteranya. Mereka hidup bertani dan hanya memiliki seekor kuda betina kurus yang sehari-hari membantu mereka menggarap ladang mereka yang tidak seberapa. Pada suatu hari, kuda Lubdaka satu-satunya tersebut menghilang, lari begitu saja dari kandang menuju hutan.
Orang-orang di kampung yang mendengar berita itu berkata: "Wahai Lubdaka, malang benar nasibmu!".Mendengar komentar itu Lubdaka hanya menjawab, "Malang atau beruntung, dan apa yang akan terjadi pada diri kita, sesungguhnya siapa yang tahu...?”
Fantastis. Keesokan harinya, ternyata kuda Lubdaka kembali ke kandangnya dengan membawa 100 kuda liar dari hutan. Segera ladang Lubdaka yang tidak seberapa luas dipenuhi oleh 100 ekor kuda jantan yang gagah perkasa. Orang-orang seluruh kampung berbondong datang dan segera mengerumuni kuda-kuda tiban yang berharga mahal tersebut dengan kagum. Blantik-blantik (makelar binatang) segera menawar kuda-kuda tersebut dengan harga tinggi dan lalu menjualnya ke kotaraja. Lubdaka pun menerima uang dalam jumlah banyak, dan hanya menyisakan seekor kuda jantan liar untuk kuda betinanya.
Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata: "Wahai Lubdaka, betapa beruntungnya dirimu!".Kembali Lubdaka hanya berujar singkat, "Malang atau beruntung, dan apa yang akan terjadi pada diri kita, sesungguhnya siapa yang tahu...?”
Pagi hari berikutnya, Saka, anak Lubdaka yang beranjak remaja pun dengan penuh semangat berusaha menjinakan kuda barunya. Tanpa dinyana, ternyata kuda tersebut terlalu kuat, hingga mengakibatkan Saka terjatuh dan patah kakinya.
Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata dengan sedikit nyinyir: "Benar kamu Lubdaka. Malang atau beruntung, dan apa yang akan terjadi pada diri kita, sesungguhnya siapa yang tahu...?”
Lubdaka tersenyum, dan kembali hanya menjawab, "Ya, kalian benar. Malang atau beruntung, dan apa yang akan terjadi pada diri kita, sesungguhnya siapa yang tahu...?”
Pemuda itupun terbaring dengan kaki terbalut untuk menyembuhkan patah kakinya, dan nampaknya memang perlu waktu cukup lama hingga tulangnya yang patah itu akan bisa baik kembali seperti sediakala. Keesokan harinya, tiba-tiba datanglah Panglima Perang Kerajaan ke desa itu. Atas nama sang Raja memerintahkan seluruh pemuda untuk bergabung dalam pasukan raja untuk bertempur melawan musuh di tempat yang jauh. Seluruh pemuda di perdikan itu pun wajib bergabung, kecuali yang sakit dan cacat. Anak Lubdaka pun selamat dari keharusan ikut berperang karena dia cacat.
Orang-orang di kampung berurai air mata melepas putra-putranya, dan diantaranya berkata: "Wahai Lubdaka, alangkah jauh lebih beruntungnya nasibmu!".
Lubdaka hanya menjawab lirih, pandangan matanya jauh menembus batas langit: "Malang atau beruntung, dan apa yang akan terjadi pada diri kita, sesungguhnya siapa yang tahu...?”
Maka begitulah kawan. Kisah di atas, mengungkapkan suatu sikap yang sering disebut: non-judgement. Sebagai manusia, kita memiliki keterbatasan untuk memahami rangkaian kejadian yang telah diskenariokan Sang Maha Sutradara. Apa-apa yang kita sebut hari ini sebagai musibah, barangkali di masa depan baru ketahuan hikmahnya bahwa itu adalah sebuah berkah. Seperti Lubdaka, ia telah mampu berhenti untuk menghakimi dan menilai kejadian dalam kehidupan ini sekadar dengan istilah keberuntungan dan air mata, pengorbanan dan hilangnya harga diri...
(Gusblero l Murcaya Sang Mahapatih l Lubdaka l Imaginatif©2010)
Jumat, 07 Oktober 2011
THE SAVIOR
![]() |
Pieta by Michelangelo |
Untuk mencapai Tuhan, kalian tidak akan menemukan jalan dalam mengarungi gurun kehidupan ini kecuali dengan bantuan seorang pemandu karena angin yang berasal dari keinginan ego dan hasrat ingin menonjolkan diri dapat mengubah segalanya.
Ego memiliki keinginan. Angin dari ego adalah keinginan yang kosong dan nafsu untuk menonjolkan diri. Bila keinginan tersebut muncul, dia akan menutupi jalur yang benar sehingga kalian akan tersesat. Kalian akan berhenti dan tidak tahu cara melanjutkannya. Itulah sebabnya kalian membutuhkan bantuan dari seorang pemandu yang benar-benar ahli dalam mengarungi gurun kehidupan tersebut. Dia adalah ahli dalam mengarungi jalur-jalur ego. Bila kalian tidak dapat menemukannya berarti buang-buang waktu saja dalam mencoba mendekati Tuhan di kehidupan ini.
Tuhan Maha Penyayang, bahkan jika kalian berusaha untuk mencapai-Nya tanpa bantuan seorang pemandu, kalian juga akan menemukan-Nya di akhir hayat, tetapi pasti kalian tidak bisa mencapai-Nya dengan cepat. Sekarang kalian telah kehilangan waktu tanpa kemajuan yang berarti, tetapi segera setelah kalian menemukan seorang pemandu dan kalian menerima panduan yang diberikannya, melewati kemauan ego dan keinginan untuk menonjolkan diri, maka kalian akan sampai di sisi sebrang. Sebaliknya jika kalian tidak menerimanya, kalian akan tersesat di gurun yang sangat luas.
![]() |
Lukisan tentang Rumi |
Ketika Rasulullah saw diperintahkan untuk berhijrah dari Mekkah ke Madinah, beliau bersabda, “Saya memerlukan seorang pemandu.” Beliau adalah seorang rasul, mengapa beliau memerlukan seorang pemandu? Untuk mengajari kita bahwa walaupun beliau adalah seorang rasul, beliau tetap membutuhkan seorang pemandu, pemandu eksternal yang dapat menunjukkan jalan menuju Madinah.
Misalnya, kita ingin menunjukkan jalan ke air terjun Niagara kepada anak kita, tetapi kita tidak tahu jalan menuju ke sana, maka kita akan mencari seorang yang ahli, yang tidak akan menyesatkan kita. Beliau adalah rasul tetapi beliau tetap mencari seorang pemandu, apakah beliau tidak tahu?
Nabi ‘Isa as bersabda, “Salah satu di antara kalian akan menghianatiku.” Ini adalah benar, dan sebagai Muslim kita wajib mempercayainya. Beliau mengatakan ‘salah satu di antara kalian,’ apakah beliau tidak tahu? Beliau tahu tetapi tidak mengatakannya. Rasulullah saw pun tahu, tetapi mereka (Nabi ‘Isa dan Rasulullah saw) ingin menunjukkan kelemahan dan kerendahan hati sepenuhnya. Beliau mengajari kita untuk mencari seorang pemandu. Mereka membutuhkan seorang pemandu untuk menunjukkan jalan dari Makkah ke Madinah dan dengan bantuannya mereka bisa sampai di Madinah dengan aman.
Misalnya, kita ingin menunjukkan jalan ke air terjun Niagara kepada anak kita, tetapi kita tidak tahu jalan menuju ke sana, maka kita akan mencari seorang yang ahli, yang tidak akan menyesatkan kita. Beliau adalah rasul tetapi beliau tetap mencari seorang pemandu, apakah beliau tidak tahu?
Nabi ‘Isa as bersabda, “Salah satu di antara kalian akan menghianatiku.” Ini adalah benar, dan sebagai Muslim kita wajib mempercayainya. Beliau mengatakan ‘salah satu di antara kalian,’ apakah beliau tidak tahu? Beliau tahu tetapi tidak mengatakannya. Rasulullah saw pun tahu, tetapi mereka (Nabi ‘Isa dan Rasulullah saw) ingin menunjukkan kelemahan dan kerendahan hati sepenuhnya. Beliau mengajari kita untuk mencari seorang pemandu. Mereka membutuhkan seorang pemandu untuk menunjukkan jalan dari Makkah ke Madinah dan dengan bantuannya mereka bisa sampai di Madinah dengan aman.
Jika kita membutuhkan seorang pemandu untuk mengarungi gurun pasir, bagaimana dengan kehidupan spiritual kita? Ini lebih sulit. Kalian jelas membutuhkan seorang pemandu untuk masalah ini. Rasulullah saw mempunyai pemandu, yaitu malaikat Jibril as yang memberinya inspirasi dan menyampaikan wahyu. Pada peristiwa Isra’ Mi’raj, Rasulullah saw dibimbing menuju Kehadirat Ilahi. Jadi secara eksternal beliau membutuhkan seorang pemandu yaitu ketika hijrah dari Makkah ke Madinah dan secara internal beliau juga membutuhkan seorang pemandu, ketika hijrah menuju Tuhannya di malam Isra’ Mi’raj. Tanpa ada jalan mustahil melakukan hijrah, kalian tidak bisa pergi ke mana-mana tanpa ada jalan.
![]() |
St. Francis by Caravaggio |
Itulah sebabnya mengapa setiap orang harus mencari seorang pemandu untuk menunjukkan jalan kebenaran Dan jalan menuju realitas. Tanpa panduannya kalian akan berada dalam keraguan, apakah yang kalian lakukan benar atau salah.Kalian tidak akan mengetahuinya. Dengan adanya pemandu, kalian akan bergantung kepadanya karena dia adalah seorang yang ahli. Seperti yang telah dikatakanbahwa Rasulullah saw mengambil seorang pemandu untuk menunjukkan jalan ke Madinah. Beliau tidak berkata kepadanya, “Tidak! Mengapa kamu membawaku kejalan yang ini, bukan yang itu?” Beliau menggantungkan dirinya kepada pemandunya karena keahliannya.
Pemandu yang menunjukkan jalan harus dapat dipercaya. Kalian tidak bisa mengambil sembarang pemandu dan mengaku bahwa dia adalah pemandu kalian. Jika kalian mengambil pemandu yang keliru, bisa saja dia membawa kalian ke dalam samudra Setan. Kalian akan tersesat dalam samudra halusinasi. Banyak orangyang mengikuti pemandu semacam ini, suatu saat para pengikutnya akan mengalami halusinasi. Apa yang mereka lihat sebenarnya tidak ada. Oleh sebab itu pemandu yang sejati sangatlah penting.
Bagaimana kalian bisa mengenalinya? Guru mengajarkan bahwa jika kalian ingin mengetahui apakah seseorang itu adalah seorang pemandu yangsejati, pertama kali yang harus dilakukan adalah melihat pakaian luarnya. Apakah dia telah memakai pakaian luar dengan lengkap? Jika belum, berarti ada kerusakan dalam hatinya, oleh sebab itu jangan ikuti dia. Segala sesuatu pada seorang guru Sufi, (kita berbicara tentang Sufisme, bukan hal yang lain) yang tidak sesuai dengan pakaian dan perilaku seorang guru yang sejati, menunjukkan suatu ketidaksempurnaan atau kesalahan.
Guru juga berkata, “
Jika kalian mempunyai sebuah jam dan jam itu secara internal bekerja 100% tetapi tidak mempunyai jarum, jam itu tidak bisa menunjukkan waktu kepada kalian sehinggatidak ada manfaat
yang dapat diambil darinya. Sama halnya dengan jam yang mempunyai jarum, tetapi mekanik internalnya tidak bekerja 100%, dia juga tidak dapat menunjukkan waktu yang tepat bagi kalian.” Jadi bagi seorang pemandu bagian eksternal dan internal harus sempurna.
Bagaimana kalian bisa mengenalinya? Guru mengajarkan bahwa jika kalian ingin mengetahui apakah seseorang itu adalah seorang pemandu yangsejati, pertama kali yang harus dilakukan adalah melihat pakaian luarnya. Apakah dia telah memakai pakaian luar dengan lengkap? Jika belum, berarti ada kerusakan dalam hatinya, oleh sebab itu jangan ikuti dia. Segala sesuatu pada seorang guru Sufi, (kita berbicara tentang Sufisme, bukan hal yang lain) yang tidak sesuai dengan pakaian dan perilaku seorang guru yang sejati, menunjukkan suatu ketidaksempurnaan atau kesalahan.
Guru juga berkata, “
![]() |
The Inspiration by Caravaggio |
Kita tidak berbicara tentang diri kita. Kita mengikuti guru kita. Beliaulah pemandu kita. Beliau bekerja 100% baik secara eksternal maupun internal. Kita hanya mencoba mengikutinya. Itulah sebabnya bila kita melihat kepada seseorang dan berpikir apakah dia adalah seorang pemandu sejati, kalian harus melihat bahwa dia telah melengkapi bagian eksternalnya tanpa ada kekurangan. Jika ada sesuatu yang hilang, kalian jangan mengikutinya. Bila dia kehilangan salah satu bagian eksternalnya berarti dia telah kehilangan banyak bagian internalnya, yang tidak dapat diketahui orang.
Kalian berpakaian dengan rapi karena tahu bahwa orang melihat kalian. Tetapi bila menyangkut hal-hal yang tidak dapat dilihat, kalian berkata, “Biarkan saja, toh tidak ada yang melihat.” Jika kalian kehilangan salah satu item dari pakaian eksternal yang jelas akan dilihat orang, berarti kalian ‘tidak fit’.
Apalagi kalau menyangkut hal-hal yang tidak terlihat, tentu akan lebih banyak yang hilang. Orang seperti itu tidak bisa menjadi pemandu sejati. Dia adalah pemandu yang tidak terhubung. Bisa saja dia membawa kalian ke jarak tertentu dalam kehidupan spiritual, tetapi dia tidak terhubung dengan tingkat yang lebih tinggi lagi. Pemandu sejati harus mempunyai eksterior yang lengkap, tidak kurang sedikit pun.
Begitulah Guru menyampaikan itu sebagai langkah pertama untuk menentukan seorang pemandu sejati. Bila kalian melihatnya dan mengatakan, “Dia sudah lolos,” bukan ujian pertama, tetapi lolos dari “kriteria pertama.” Berikutnya kita tinjau dari sisi dalam. Bagaimana kalian bisa melihat sisi dalamnya? Guru melanjutkan, “Kalian harus lihat bahwa orang itu mempunyai rasa hormat kepada setiap orang tanpa diskriminasi sekecil apa pun, tanpa memandang agama karena setiap manusia adalah hamba Tuhan yang sama.
Sang pemandu harus menghormatinya, pertama karena seluruh manusia adalah ciptaan Tuhan dan mempunyai Cahaya Ilahi dalam hatinya. Selain itu dia juga harus mempunyai rasa cinta terhadap mereka. Menerima apa yang dia inginkan baginya dan bagi anak-anaknya, untuk menjadi dan bertindak atas nama mereka, walaupun mereka hanya orang biasay yang belum menjadi pengikutnya. Jadi dia harus bisa menunjukkan rasa hormat dan cinta kepada mereka. Ketiga, dia harus menunjukkan kerendahan hati kepada mereka. Dia tidak bisa berkata bahwa dia lebih tinggi dari mereka. Tidak ada seorang pun yang tinggi kecuali Tuhan. Jika dia menganggap dirinya lebih tinggi dari mereka berarti dia seperti Setan yang menganggap dirinya lebih tinggi dari Adam as.
Ketiga kriteria ini adalah “aksesoris dalam” yang dimiliki pemandu sejati. Dalam hal pakaian dia harus memiliki pakaian lengkap seorang guru Sufi. Jika guru kalian seperti itu, barulah dia seorang pemandu sejati, ikutilah dia. Bersamanya kalian akan menemukan kepuasan hati dan menemukan hal-hal yang telah hilang. Jika kalian tidak menemukan orang seperti itu, lanjutkan pencarian kalian. Kalian akan menemukannya karena Allah Maha Penyayang. Bila kalian melihatnya, Allah akan memberi. Bila kalian tidak meminta, Allah tidak akan memberi. Jika kalian sungguh-sungguh, memohonlah dengan hati kalian. Kalian akan menemukannya dan dia akan memberi kunci hati kalian. Jika kalian tidak melakukannya dengan sungguh-sungguh, tidak melakukannya sepenuh hati, hanya di lidah saja mungkin kalian akan menemukannya atau mungkin juga tidak.
Ahmad al-Badawi adalah seorang wali yang sangat terkenal di semua kalangan Sufi. Beliau menyatakan “Aku tidak membutuhkan seorang pemandu. Pemanduku adalah al-Qur’an,” sebagaimana yang dikatakan orang Wahhabi sekarang, “…dan cara hidup Rasulullah saw.” Beliau mencoba mendekati Tuhannya sebagaimana Rasulullah saw bersabda atas nama Tuhannya, “Hambaku tidak berhenti untuk mendekati-Ku melalui ibadah sunnah atau perbuatan baik, sampai Aku mencintainya. Dan bila Aku Mencintainya, pada saat itu Aku akan menjadi telinga yang digunakan untuk mendengar, mata yang dipakainya untuk melihat, tangan untuk merasakan, dan kaki untuk berjalan. Jika dia meminta, Aku akan memberi. Jika dia memohon perlindungan, Aku akan melindunginya. Aku akan menjadi dia, dan dia dapat mengatakan kepada sesuatu, “Jadilah!” maka jadilah ia.”
Ahmad al-Badawi berusaha mendekati Tuhannya sampai mencapai pintu Kehadirat Ilahi, lalu dia berkata, “Ya Tuhanku! Bukakanlah pintu ini untukku.” Tetapi dia tidak mendapat jawaban. Dia mencobanya berulang-ulang sampai akhirnya dia bertemu ‘secara tidak sengaja’ dengan seseorang. Saya bilang ‘tidak sengaja’ tetapi sebetulnya itu sudah direncanakan dengan sangat rapi, karena itu adalah Kehendak Allah untuk mengujinya. Dia bertemu orang itu di jalan, seseorang yang kelihatannya biasa saja. Orang itu lalu memanggilnya, “Hei Ahmad!” bahkan dia tidak menyebutnya “Syaikh Ahmad!” sebagai tanda penghormatan. Dia berkata, “Wahai Ahmad! Engkau perlu kunci untuk mencapai kehadirat Ilahi? Aku punya kuncinya dan jika Kau mau, datanglah kepadaku dan akan kuberikan kepadamu.”
Banyak di antara kita yang menolak fakta atau kenyataan karena merasa bangga, walaupun dia tahu sebenarnya itu adalah jalan yang benar. Mereka tidak menerima sebab ego mereka mengatakan, “tidak!”. Ego Ahmad berkata kepadanya,“ Bagaimana mungkin Engkau menerima sesuatu darinya? Jangan menerima kunci darinya. Terimalah dari Tuhan.” Lalu dia berkata, “Wahai Saudaraku, Aku tidak akan menerima kunci darimu, tidak juga dari orang lain, kecuali dari Sang Pembuat Kunci. Siapa Engkau. Engkau bukan siapa-siapa.”
Selanjutnya Ahmad berusaha untuk mencapai Kehadirat Ilahi sampai dia mendengar Tuhan berbicara kepadanya, “Wahai Ahmad, kehidupan ini adalah kehidupan yang berisi sebab dan akibat. Aku tidak akan memberimu kunci. Sesuai Kehendakku kunci untukmu berada pada orang itu. Pergilah dan dapatkan kunci itu darinya.”
![]() |
The Sacrifice by Caravaggi |
Sekarang persoalannya sudah selesai. Dia mendengarnya langsung dari Tuhannya, dan dia menerimanya. Sekarang dia harus mencari pemandunya. Tetapi sang pemandu telah lenyap. Dia telah meninggalkannya. Selama enam bulan pemandu itu mengamati hati Ahmad secara rahasia, melihat bahwa dia mencarinya dan berdo’a kepada Tuhan siang dan malam, “Ya Tuhanku kirimkanlah orang itu kembali kepadaku,” sampai akhirnya dia bisa menemukannya kembali. Dengan segera orang itu membuka tabir yang ada pada dirinya selama ini.
Jadi sang pemandu membuka tabir dan menampakkan dirinya di hadapan Ahmad. Ahmad berkata, “Wahai Syaikhku! Aku menemukanmu.” Dia tidak menemukannya tetapi sang pemandulah yang menghilangkan tabirnya. Tetapi tetap saja dia berpikir bahwa dia telah menemukannya. Dia berkata, “Wahai Syaikhku, Aku menerimamu sebagai pemanduku.” Sang pemandu menjawab, “Jika engkau menerimaku sebagai pemandumu sekarang, engkau harus pasrah, menyerahkan diri, dan menyerahkan seluruh kehendakmu kepadaku. Engkau tidak diperkenankan mempunyai kemauan selama bersamaku. Engkau telah membangun ilmu pengetahuanmu pada sebuah karang yang hanya dengan satu tiupan angin dari ego, dia akan jatuh.
Aku harus membangun pondasi yang kuat bagimu. Jadi, lihatlah ke dalam mataku.” Ahmad melihat ke matanya dan pemandu itu dengan segera menghapus seluruh pengetahuan yang telah dipelajari oleh Ahmad al-Badawi dari buku. “Lewat buku” maksudnya ada banyak hal yang berasal dari ego si penulis. Maka dia menghilangkan pengetahuan itu dari hati Ahmad dan kemudian lenyap. Dia meninggalkannya selama 6 bulan lagi bahkan dalam keadaan tidak tahu bagaimana mengucapkan, “bismillahir rahmaanir rahiim,” bahkan tanpa mengetahui bagaimana mengucapkan Nama Allah.
Orang-orang di kota kini mengejek Ahmad al-Badawi, yang kelihatannya seperti orang gila setelah sebelumnya menjadi ulama yang terkemuka. Karena keterbatasan pengetahuan spiritual mereka, mereka berpikir bahwa dia benar-benar sakit. Yang mereka ketahui hanyalah bahwa dia mengikuti seseorang yang membuatnya gila, tetapi Ahmad al-Badawi tahu bahwa dia telah mendengar suara Tuhannya yang mengatakan bahwa, “Kuncimu ada pada orang itu.” Tidak ada yang membuatnya gila. Dia mengikuti orang itu. Tetapi bila dia menerimanya sejak awal, ketika pemandu itu datang untuk pertama kalinya atas Kehendak Allah, dia tidak harus melewati ujian ini. Jadi mengapa kalian membuat diri kalian harus melewati ujian yang sama? Bila kalian menemukan kebenaran. seorang pemandu yang benar, terimalah dia dengan segera! Jangan bermain-main dengan ego kalian.
Dia meninggalkannya selama 6 bulan lagi dan muncul kembali di waktu yang lain. Dalam kurun waktu tersebut Ahmad al-Badawi terus mencarinya dan ketika dia bertemu kembali, Ahmad al-Badawi berkata, “Wahai Syaikhku, Aku menemukanmu lagi.” Saat itu sang pemandu memandang mata Ahmad al-Badawi dan memancarkan sesuatu dari lubuk hatinya kepada hati Ahmad al-Badawi melalui matanya. Pada saat itu terjadi transfer pengetahuan internal, pengetahuan dari Kitab Allah dan rahasia-rahasianya. Pemandu itu melakukannya 3 kali sampai mata Ahmad al-Badawi memancarkan sinar yang begitu kuat bahkan orang yang melihatnya bisa tewas. Oleh sebab itu dia menutup wajahnya dengan cadar. Saat itu dia bisa memasuki Kehadirat Ilahi dan dia menerima kuncinya.
Tanpa bantuan pemandu sejati kalian tidak akan bisa mencapai Kehadirat-Nya. Dialah yang akan membukakan pintu bagimu ke mana pun kalian akan pergi. Ahmad al-Badawi adalah seorang ulama besar yang mengetahui banyak hal. Dia bangga dengan pengetahuannya itu dan tidak mau menerima pelajaran dari orang lain. Dia hanya mau mengambil langsung dari posisi Yang Maha Tinggi. Dia tidak melihat ada yang lebih tinggi darinya kecuali Tuhan. Bagaimana mungkin dia akan mengambil pelajaran dari orang lain? Berarti tidak ada sifat rendah hati pada dirinya. Dia telah kehilangan satu dari tiga karakteristik yang diperlukan oleh hamba Allah. Dia mempunyai rasa hormat, dia juga mencintai sesamanya, tetapi dia tidak mempunyai kerendahan hati untuk menerima nasihat dari orang lain. Dan karena dia telah kehilangan satu karakteristik itu, seolah-olah dia tidak mengalami kemajuan lagi.
Seorang Wali, seorang guru harus memiliki karakteristik hormat, cinta dan rendah hati. Jika kalian melihat salah satunya tidak ada, maka dia bukanlah seorang pemandu sejati. Dia hanya akan membawa kalian ke jarak tertentu seperti yang kita lihat pada diri Ahmad al-Badawi yang bisa mencapai Tuhan sampai pada jarak tertentu, namun tidak bisa membukanya. Dia membutuhkan seseorang yang mempunyai kunci tetapi ketika ditemukan dia tidak menerimanya langsung karena kesombongannya. Dia terlalu banyak memikirkan dirinya. Akhirnya dia menerima juga setelah mendengar langsung dari Tuhannya, tetapi dia harus melewati ujian tertentu. Jika pada mulanya dia langsung menerimanya tanpa melalui rasa bangga terhadap dirinya, pintu itu segera terbuka baginya tanpa harus melewati ujian selama 2 tahun.
Bila kalian menemukan seorang pemandu dan hatimu merasa senang dengan kehadirannya, jangan dengarkan egomu. Katakan kepada ego, “Kau salah! Apa ruginya jika Aku menerimanya sebagai guru? “ Kalian tidak akan kehilangan apa pun. Bila kalian menunjukkan sifat rendah hati, ini cukup bagi Allah untuk menaikkan kalian. Jika Saya datang dan mengatakan, “Si Anu dan si Anu” adalahSyaikh Saya, dan Saya telah berbai’at dengannya. Apa salahnya? Saya menerimanya dan Saya menunjukkan kerendahan hati, Allah akan menaikkan Saya.
Mempunyai sifat rendah hati adalah sangat penting. Jika kalian bersifat rendah hati, kalian akan menerima semua orang sebab setiap orang dapat menjadi pemandu bagimu. Ada sebuah peribahasa di Turki yang berupa pertanyaan kepada seseorang yang baik, “Dari mana Engkau belajar perilaku yang sempurna dalam masyarakat?” jawabnya, “Dari orang-orang yang bersalah. Aku mengamatinya, melihat kesalahan yang mereka lakukan lalu Aku menghindarinya. Jadi Aku bisa memperbaiki diriku lewat kesalahan orang lain.” Jika kalian bisa menerima semua orang sebagai pemandu kalian, bahkan seorang yang jahat pun dapat memandumu. Dengan mengamati dan melihat kesalahan yang dilakukannya, kalian berhenti! (Syeikh Maulana Nazim Al-Haqqani)
______________________________________________________________________________
Syeikh Maulana Muhammad Nazim “Adil ibn
al-Sayyid Ahmad ibn Hasan Yashil Bashal-Haqqani al-Qubrusi al-Salihi al-Hanafi (semoga
Allah swt. mensucikan ruhnya dan merahmati kakek moyangnya) dilahirkan pada tahun 1341 H (1922 M) di kota Larnaka, Siprus (Qubrus)
dari suatu keluarga Arab dengan akar-akar budaya Tatar. Ayahnya adalah
keturunan dari Syaikh “Abdul Qadir Al-Jailani q.s. Ibu beliau adalah keturunan
dari Mawlana Jalaluddin ar-Ruumi. Ini menjadikan beliau sebagai keturunan dari
Nabi suci Muhammad saw., dari sisi ayahnya, dan keturunan dari Sayyidina Abu
Bakar ash-Shiddiq, as, dari sisi ibundanya.
Kamis, 06 Oktober 2011
GURU DAN MURSYID SEJATI...
Syeikh Maulana Nazim Al-Haqqani :
BAGAIMANA MENGETAHUI GURU RUHANI SEJATI?
Tanda bahwa seseorang
adalah Guru / Mursyid Spiritual yang sejati adalah bahwa kalian dapat
mempercayainya. Kalbu kalian memberikan sinyal akan hal itu, dan kalbu tak pernah salah. Ketika
seseorang duduk bersama seorang Mursyid sejati, ia akan merasakan kedamaian,
ketenangan dan kepuasan, serta amat bahagia. Inilah tandanya. Orang itu akan
melupakan seluruh masalah-masalahnya dalam hadirat Sang Mursyid, dan merasa
bagaikan seekor ikan di dalam samudera.
![]() |
Syeikh Maulana menunggang keledai, Afrika Tour 2010, Kenya |
Mengapa orang-orang pergi ke
pantai tepi lautan?
Karena ketika mereka
memasuki air, mereka menemukan ketenangan dan kenikmatan. Ruh pun menginginkan
suatu samudera baginya. Dalam kehidupan kita ini, kita membutuhkan seseorang
yang bagai sebuah samudera, sehingga kalbu-kalbu kita dapat merasakan
kenikmatan dan puas dengan orang tersebut.
Kita memiliki begitu banyak
sifat-sifat tercela. Kita membutuhkan seseorang untuk memberikan pada kita
sifat-sifat mulia; dan sifat-sifat mulia ini tak dapat muncul hanya melalui
membaca buku-buku, melainkan akan muncul lewat sahabat atau teman seseorang.
Dengan melihat siapa teman seseorang tertentu, kita akan tahu karakter orang
tersebut. Sifat yang buruk adalah menular, seperti suatu penyakit. Karena
itulah, Allah Ta'ala mengutus para Nabi-Nya sebagai obat. Para Nabi -semoga
kedamaian atas mereka- bukanlah Malaikat; mereka manusia juga, dan mengetahui
segala sesuatu akan sifat dasar manusia. Siapa saja yang duduk bersama mereka
akan menyerap sifat-sifat dan akhlaq yang mulia…
Bagaimana mengetahui Mursyid sejati?
Syaikh ‘Abdullah Faiz
ad Daghestani bertutur tentang ciri-ciri seorang Mursyid,
seorang yang membimbing manusia ke jalan yang benar dan
merupakan penerus Rasulullah saw. Dalam bahasa Arab,
Mursyid juga berarti seorang kapten yang memimpin
kapalnya menuju pelabuhan yang tak dikenal
sebelumnya. Setiap orang mempunyai tujuannya masing-masing, tidak
ada dua orang yang benar-benar sama dan berpikir mengenai suatu hal yang sama.
Setiap orang yang tidak mengetahui cara melangkah menuju tujuannya membutuhkan seorang pembimbing. Masa depan adalah sesuatu yang tidak kita ketahui, tetapi pengetahuan tentang hal itu telah diberikan kepada Rasulullah saw dan Awliya. Kita semua berada dalam kegelapan dan membutuhkan cahaya, yaitu cahaya Rasulullah saw yang dapat memberi informasi kepada kita apa yang akan kita jumpai dan juga cahaya Awliya untuk membimbing kita menuju tujuan kita masing-masing.
Salah satu ciri seorang Mursyid adalah dapat dipercaya. Dan ini hanya dapat dirasakan oleh hati kita, bukan diukur dengan penggaris atau skala. Hati kita akan memberi tanda dan dia tidak akan pernah membuat kesalahan. Jika seseorang duduk bersama seorang Mursyid sejati, dia akan merasakan kedamaian, ketenangan dan kepuasan batin. Dengan kata lain kita akan merasa sangat berbahagia, inilah tandanya. Kita dapat melupakan segala masalah karena kita berada dalam samudra.
Sekarang banyak orang yang pergi ke tepi laut, untuk apa? Karena ketika mereka menyelam ke dalam air, mereka akan menemukan ketenangan dan merasakan kenikmatan. Pada saat tubuh kita merasa lelah, jiwa akan meminta pergi ke laut. Demikian pula dalam hidup ini kita membutuhkan orang yang bisa menyerupai samudra sehingga hati kita dapat menikmati dan mendapat kepuasan dari orang itu.
Mursyid mengajarkan bagaimana kita menjalani hidup ini. Kita hidup dalam lingkungan yang sedemikian rupa sehingga kita banyak menjumpai hal-hal yang tidak kita sukai. Tidak ada orang yang berkata, “Segalanya berjalan sesuai yang aku inginkan,” bahkan bagi seorang presiden sekalipun.
Setiap hari kita menghadapi hal-hal yang tidak kita sukai, tetapi kita harus melewatinya untuk mencapai tujuan kita. Seperti kapal yang berjuang menembus gelombang besar dalam samudra, dan kapten kapal dengan tangan yang kokoh mengendalikan kemudinya, kita pun harus jalan terus tanpa berbelok ke sana ke mari.
Semua hal tadi hanya dapat terjadi atas kehendak Allah. Segala kejadian berlangsung seperti yang Dia inginkan. Jika kita mengetahui hal ini, kita akan mencapai taslima, pasrah, dan damai. Bila kita mampu meniadakan perlawanan maka kehendak-Nya-lah yang akan membimbing kita dengan mudah menuju tujuan kita masing-masing. Oleh sebab itu perilaku terbaik adalah pasrah atau berserah diri. Seseorang yang berjuang keras agar tidak tenggelam di laut malah tenggelam, kemudian tubuhnya akan muncul ke permukaan dengan mudah. Seorang hamba yang tidak melakukan perlawanan akan mencapai tujuannya tanpa kesulitan atau kelelahan. Rasulullah dan Awliya seperti itu. Mereka menemukan surga di dunia ini.
Kadang-kadang Saya berkata dalam hati, “Alhamdulillah keinginanku tidak tercapai, kehendak-Nya adalah yang terbaik.”
![]() |
Pertemuan tak sengaja Syeikh Maulana dengan Pope Benedict XVI di Cyprus, 5 Juni 2010 |
__________________________________________________
Nama lengkap Syeikh Maulana adalah Muhammad Nazim “Adil ibn
al-Sayyid Ahmad ibn Hasan Yashil Bashal-Haqqani al-Qubrusi al-Salihi al-Hanafi (semoga
Allah swt. mensucikan ruhnya dan merahmati kakek moyangnya). Kunya (nama panggilan)
beliau adalah Abu Muhammad “ dari nama anak laki-laki tertua beliau “ selain
itu beliau pula adalah ayah dari Baha’uddin, Naziha, dan Ruqayya.
Beliau dilahirkan pada tahun 1341 H (1922 M) di kota Larnaka, Siprus (Qubrus) dari suatu keluarga Arab dengan akar-akar budaya Tatar. Ayahnya adalah keturunan dari Syaikh “Abdul Qadir Al-Jailani q.s. Ibu beliau adalah keturunan dari Mawlana Jalaluddin ar-Ruumi. Ini menjadikan beliau sebagai keturunan dari Nabi suci Muhammad saw., dari sisi ayahnya, dan keturunan dari Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq, as, dari sisi ibundanya.
Beliau dilahirkan pada tahun 1341 H (1922 M) di kota Larnaka, Siprus (Qubrus) dari suatu keluarga Arab dengan akar-akar budaya Tatar. Ayahnya adalah keturunan dari Syaikh “Abdul Qadir Al-Jailani q.s. Ibu beliau adalah keturunan dari Mawlana Jalaluddin ar-Ruumi. Ini menjadikan beliau sebagai keturunan dari Nabi suci Muhammad saw., dari sisi ayahnya, dan keturunan dari Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq, as, dari sisi ibundanya.
Langganan:
Postingan (Atom)